Jakarta, Beritainn, – Dalam rangka memperluas jaringan serta meningkatkan kualitas layanan pada pusat unggulan Orthopedic Center, Eka Hospital mengadakan kerjasama dengan Indonesia Scoliosis Community atau ISC melalui webinar bagi pasien skoliosis. Webinar yang bertema “Help, Anakku Skoliosis” ini diselenggarakan pada Sabtu, (17/07/2021).
Erwin Suyanto selaku Head of Marketing Corporate Eka Hospital menjelaskan, “Dalam upaya kami untuk selalu mengedepankan layanan yang dekat dan hangat bagi setiap pasien, Eka Hospital sangat menyambut positif kegiatan dengan berbagai komunitas. Melalui webinar bersama para
penyandang skoliosis ini, kami berharap pasien dapat saling menguatkan dan berbagi kisah inspiratif mereka saat pengobatan. Selain itu, saat ini Eka Hospital juga berfokus pada pengembangan komunitas pasien lainnya, seperti diabetes, kanker, hingga jantung.”
Webinar ini menghadirkan dua narasumber profesional yaitu Dr. Phedy Sp.OT (K) selaku dokter spesialis ortopedi konsultan tulang belakang Eka Hospital dan Dr. Lidya Heryanto, Sp.KJ selaku dokter spesialis kejiwaan Eka Hospital.
Orang tua mendapatkan bekal dalam menghadapi dan mendukung buah hatinya ketika terdeteksi skoliosis, serta penanganan mental bila nantinya harus dilakukan tindakan operasi. Dokter Phedy sendiri menyambut baik kerjasama dengan ISC dimana komunitas yang berdiri pada tahun 2013 ini, kini telah memiliki lebih dari 500 anggota dari seluruh Indonesia. “Seperti yang kita tahu bahwa skoliosis merupakan kondisi tulang belakang yang tidak normal karena berbentuk melengkung.
Skoliosis terkadang membawa dampak psikologis tersendiri bagi penderitanya. Saya berharap kerjasama ini menjadi awal dalam membantu orang tua yang memiliki buah hati pengidap skoliosis.”, tutur Dokter Phedy.
Menurut Dokter Phedy, skoliosis dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat. Tindakan operasi pada pasien skoliosis bukan lagi sebuah hal yang menakutkan karena risikonya dapat ditekan seminimal mungkin. Saat ini telah tersedia alat navigasi dan robotic spine yang berfungsi memandu dokter bedah dalam memasukkan screw pada saat operasi.
Akurasi navigasi dan robotik dalam memasukkan screw diklaim mencapai 99.9%. Selain itu, alat navigasi dan robotik ini memungkinkan operasi skoliosis dengan teknik minimal invasif atau operasi dengan luka sayatan yang lebih kecil dan risiko pendarahan yang lebih sedikit sehingga dapat mengurangi kebutuhan transfusi darah. Saat ini juga telah tersedia alat monitoring saraf yang dapat memantau kondisi saraf selama operasi berlangsung.
Di samping penanganan secara fisik, penanganan secara psikologis juga perlu diperhatikan untuk buah hati. Tidak jarang seorang anak mengalami minder dan tidak percaya diri akibat skoliosis. Selain itu, terkadang anak pun takut dimarahi jika ketahuan memiliki postur tubuh yang tidak normal yang sering dikaitkan dengan kebiasaan tertentu misalnya sering main games, posisi duduk yang salah, terlalu sering membawa beban berat, dan lainnya.
Skoliosis yang paling sering ditemukan adalah skoliosis idiopatik, yang penyebab pastinya hingga kini tidak diketahui. Jenis skoliosis idiopatik ini paling sering ditemukan pada usia remaja. Ibu Susan, perwakilan dari Indonesia Scoliosis Community (ISC) mengungkapkan, “ISC senang bisa berkolaborasi dengan Eka Hospital. Kami juga antusias dengan adanya Orthopedic Center di Eka Hospital yang memfokuskan diri pada skoliosis. Melalui dukungan tim dokter yang kompeten dan
peralatan yang modern, semoga Eka Hospital bisa menjadi salah satu rumah sakit rekomendasi bagi pasien skoliosis di Indonesia. Bagi para pengidap skoliosis atau keluarga pasien yang ingin bergabung dengan ISC, dapat mengisi google form di bio Instagram @indonesiascoliosiscommunity.
Melalui kerjasama antara Eka Hospital dan ISC, member ISC bisa mendapatkan previlege seperti diskon 15% untuk screening awal skoliosis yang meliputi pemeriksaan X ray Whole Spain, upgrade kamar perawatan, serta harga diskon khusus untuk pemeriksaan lab, radiologi, serta paket MCU yang berlaku di Eka Hospital BSD.(AL)