Jakarta, Beritainn.com, – Dua tahun sejak diimplementasikan oleh menteri pendidikan kebudayaan riset dan teknologi, Nadiem Anwar Makarim. Kurikulum merdeka belajar masih mengalami banyak tantangan di lapangan terlebih bagi mereka yang berada di daerah. Pembelajaran yang fleksibel ternyata menimbulkan kebingungan bagi para pendidik untuk menentukan bahan ajar. Bahkan, orang tua pun merasa sejak kehadiran kurikulum ini peserta didik mengalami beban tugas yang semakin banyak sehingga membuat mereka lebih sering di luar rumah.
Berbeda dengan kebanyakan mahasiswa yang mengkritisi kehadiran kurikulum merdeka, kali ini tiga orang mahasiswa dari Universitas Indonesia justru berkomitmen menjawab tantangan tersebut, Mereka adalah M.Iqbal Banoza (FT), Adibah Seila Nafaza (FEB), dan Ade Isaura Tiara (FEB). Ketiganya menggagas sebuah super apps teknologi pendidikan bernama EduMandiri sebagai platform yang memudahkan peserta didik dan guru dalam mengimplementasikan program merdeka belajar di sekolah. Mereka adalah M.Iqbal Banoza (FT), Adibah Seila Nafaza (FEB), dan Ade Isaura Tiara (FEB).
Menurut Iqbal Banoza Kehadiran EduMandiri ini dapat menjadi solusi atas permasalahan guru di daerah yang sulit beradaptasi dengan implementasi kurikulum merdeka serta sistem pembelajaran yang fleksibel “ EduMandiri mampu mengoptimalkan potensi Kurikulum Merdeka Belajar melalui sistem manajemen pendidikan yang terintegrasi secara digital berbasis virtual assistant, pada dasarnya terdapat 6 fitur utama dalam EduMandiri yang kami hadirkan salah satunya adalah tools ruang pertukaran guru nusantara pada modul merdeka belajar” katanya, Kamis (30/5/2024).
Pada implementasinya, EduMandiri memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mengakses sumber bacaan merdeka belajar untuk projek P5 dan profil pelajar pancasila secara terintegrasi dalam satu aplikasi. Selain itu, sistem pembelajaran pada EduMandiri bersifat fleksibel dimana pemanfaatan virtual assistant berupa ruang diskusi online, tools jamboard, serta ladder dalam penentuan kelompok dirasa mempermudah proses pembelajaran.
Adibah Seila menambahkan dalam pembuatan aplikasi ini, kami juga berangkat atas maraknya kasus perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual yang terjadi di institusi pendidikan dengan memberikan sebuah fitur layanan konseling online yang fleksibel serta memiliki tombol SOS untuk kasus darurat.
“Kami menyadari bahwa 3 dosa besar pendidikan ini selalu saja berorientasi pada lingkaran yang sama. Kasusnya seringkali kami temukan lamban penanganan akibat pelaporan yang terlambat, peserta didik yang takut ke ruang BK atas stigma peserta didik lain, atau waktu pembelajaran sekolah yang terlalu padat sehingga memiliki sedikit waktu untuk istirahat dan konseling ke ruang BK. Sehingga fitur ini diharapkan dapat mempermudah sistem pelaporan dan konseling anak SMA kepada guru BK-nya” ujar Adibah.
Bukan hanya itu saja, EduMandiri juga memberikan bantuan virtual assistant test potensi serta pengembangan diri siswa SMA berdasarkan matriks psikolog yang terintegrasi dengan dashboard penilaian guru sehingga sekolah dapat dengan mudah memetakan potensi setiap peserta didiknya sesuai dengan arahan merdeka belajar. Ketiga mahasiswa ini merasa bahwa urgensi salah jurusan yang saat ini marak terjadi pada mahasiswa baru perlu diatasi sejak dini terutama pada abad 21 saat ini.
Diungkapkan Ade Isaura Tiara, pengembangan penelitian ini memakai SDLC model prototype yang mencakup 3 tahapan yakni planning step (perencanaan), development step (pengembangan), dan maintaining step (pemeliharaan). Inovasi teknologi digital memanfaatkan platform aplikasi yang mudah pengguna dan telah diuji validasi dengan para ahli media serta Survey Kepuasan Pengguna.
“EduMandiri ini dikembangkan lewat kolaborasi beberapa stakeholder, dimana kami telah melakukan audiensi dengan beberapa pihak mulai dari pemangku kepentingan pendidikan di kemdikbud, kalangan dosen, praktisi guru, komunitas siswa, bahkan orang tua. Selanjutnya produk kami telah mendapatkan HKI untuk bisa diimplementasikan secara massal” katanya. Model pendekatan yang dilakukan pada EduMandiri adalah melihat proses sistem manajemenisasi dari atas yang masih bersifat terpecah-pecah atau tidak terintegrasi. Melalui aplikasi ini, diharapkan akan ada keterikatan antara siswa, guru, dan orang tua dimana orang tua dapat melihat update kegiatan siswa melalui website EduMandiri berupa kalender pendidikan, dan sistem penilaian akhir juga terkoneksi dengan media whatsapp orang tua untuk melihat progress sang buah hati ketika berada di sekolah.
Iqbal menambahkan, ketika pandemi pendidikan menengah mengalami peningkatan daya tarik peserta didik akan ajang atau kompetisi. Namun, saat ini ketika aktivitas kembali seperti sedia kala terjadi penurunan peminat akibat informasi yang kurang tersampaikan oleh sekolah atau bahkan peserta didik merasa kurang apresiasi bagi mereka. Sehingga, untuk menunjang peningkatan iklim kompetitif sekolah kami menyediakan fitur Jejak Prestasi yang berisi informasi kegiatan self improvement atau perlombaan yang bisa diikuti oleh peserta didik dan langsung bekerjasama kepada puspresnas selaku tim kurator.
“Dengan demikian, peserta didik memiliki motivasi untuk bisa bergerak maju dan berprestasi terlebih mereka akan ditampilkan pada banner iklan aplikasi sekolah yang menambah bentuk apresiasi serta bahan bagi mereka melanjutkan diri ke perguruan tinggi” papar Iqbak. Karya ini berhasil lolos menjadi finalis dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) tahun 2024 pada divisi Inovasi Teknologi Digital Pendidikan (ITDP).(ALN)
Sumber : M.Iqbal Banoza, Fakultas Teknik
NPM : 2206816014