Jakarta, Beritainn,- Kamis 20/1/2022 BKKBN bersamaan dengan PKJS UI, Fatayat NU, dan Komnas Pengendalian Tembakau mengadakan webinar dengan mengangkat tema “Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting” untuk BKKBN Perwakilan Provinsi dan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang terjadi pada balita dan anak. Berdasarkan riset mengenai Stunting pada balita di Indonesia telah turun di angka 30%. Stunting itu sendiri merupakan sebuah permasalahan gizi nasional. Berdasarkan riset, anak yang tinggal dan tumbuh dalam rumah tangga yang perokok maka angka resiko kepada anak mendapat gangguan Stunting tersebut pun semakin tinggi.
Perilaku merokok orang tua dapat berpengaruh kepada tumbuh kembang anak secara langsung. Harapan yang besar bagi para pendamping keluarga dan seluruh masyarakat agar dapat mengetahui hubungan perilaku merokok dengan Stunting itu sendiri, dan diharapkan dapat menyebarkan informasi tersebut kepada masyarakat lainnya.
“Rokok berbahaya bagi kesehatan, jika seorang bapak yang merokok akan membuat sakit keluarga nya itu lah yang disebut dengan perokok pasif. Rokok memiliki dampak yang besar, rokok menyebabkan kematian 8jt masyarakat dunia dan 1jt diantaranya yaitu perokok pasif . Salah satu dampaknya yaitu, dampak rokok multi-sektor, bukan hanya ke kesehatan aja tapi juga ke ekonominya. Kalau rokok di konsumsi akan terjadi ekternalitas negatif, kemudian berdampak pada multi-sektor.
Orang yang merokok beresiko lebih terkena penyakit yang tidak menular seperti Hipertensi, Kanker, Stroke, Diabetes mellitus. Konsumsi rokok berhubungan erat dengan stunting. Bayi keluarga perokok cenderung -1,5kg – 0,34 cm dibanding keluarga non perokok (PKJS-UI, 2018)” jelas Dr. Dra. Rita Damayanti, MSPH selaku Ketua Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas PT.
Dalam rangka mewujudkan SDM yang sehat, cerdas dan produktif maka percepatan penurunan Stunting menjadi keharusan. Pemerintah telat menargetkan angka Stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang. Pada 2021 lalu sudah terjadi penurunan, namun angka nya masih cukup tinggi yaitu 24,4%. Angka tersebut masih menjadi perhatian yang tinggi, karena Indonesia berada di urutan 108 dari 132 negara berdasarkan prevalensi balita terendah hingga tertinggi.
Hal yang dilakukan pemerintah guna menekan angka Stunting yaitu, Pertama Menurunkan prevalensi stunting, Kedua Meningkatkan penyiapan hidup berkeluarga, Ketiga Menjamin asupan gizi, Keempat Memperbaiki pola asuh, Kelima Meningkatkan akses kesehatan, Keenam Meningkatkan kualiats air minum dan sanitasi.
Harapan yang besar dari penyelenggara webinar agar berbagai informasi yang disampaikan pada webinar tersebut bisa diketahui dan tersampaikan kepada masyarakat, agar masyarakat bisa turut andil dalam menurunkan angka Stunting di Indonesia. (Chintya)