Solidaritas Masa Pandemi, Dari “Traktir Nakes” Sampai Bantu Yatim-Piatu Korban Covid-19

 

Jakarta, Beritainn, – Indonesia membutuhkan suatu gerakan yang nyata dimusim pandemi saat ini, Gerakan solidaritas dan membantu sesama menjadi upaya penting untuk keluar dari masa sulit pandemi. Demikian disampaikan Ketua Umum DPP PSI, Grace Natalie, dalam live event bertema “Solidaritas vs Pandemi” yang digelar DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Situasi pandemi ini memang unik, _no one is safe until everyone is safe_. Kita gak bisa mikirin saya dan keluarga saya saja yang selamat, gak bisa. Selama virus masih berkeliaran di luar, kita akan selalu punya potensi terinfeksi. Dan selama situasi belum pulih, kita mau kerja apa pun pasti akan terdampak. Jadi, kita harus bisa keluar (dari pandemi) sama-sama dan harus bisa selamat sama-sama,” kata Grace, Sabtu 28 Agustus 2021. 

Grace melanjutkan, kemampuan pemerintah untuk menjamin keselamatan masyarakat di masa pandemi sangat terbatas. Karena itu, gerakan membantu rakyat oleh rakyat ini bisa jadi jalan tengah atas persoalan tersebut.  

Lebih jauh Grace mengatakan, PSI jadi salah satu pihak yang hadir dan kerja untuk rakyat sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. Saat ini PSI sedang menggalang donasi untuk mengalokasikan 200 ribu rice box yang akan dibagikan di bulan Agustus ini dan menargetkan pembagian 1 juta rice box sampai akhir tahun. Rice box diperuntukkan bagi warga yang sedang isolasi mandiri, pekerja informal yang mencari nafkah di jalan, pedagang makanan keliling, dll.

Per Agustus, donasi yang terkumpul mencapai Rp 3,3 miliar dan rice box yang sudah dibagikan mencapai 162 ribu kotak. Selain itu, ratusan ribu rice box itu juga dipesan dari warteg dan UMKM lain untuk menopang usaha mereka yang lesu.

“Target Agustus ini 200 ribu rice box, tapi sampai dengan tahun depan kita maunya bisa sampai 1 juta rice box. Kenapa sampai tahun depan? Karena kalau kita dengar statement WHO, situasi seperti ini masih akan berlangsung sampai 3 tahun mendatang,” imbuh mahasiswi S2 di Lee Kuan Yew School of Public Policy, NUS, Singapura itu.

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder Anak Bangsa Peduli (ABP), Wanda Ponika, mengungkapkan sebab kelahiran gerakan tersebut.  

“Kenapa sih kita buka wadah ini? kita pingin wadah ini jadi tempat orang-orang baik yang punya solidaritas ingin membantu tapi kita tahu gak semua orang itu bisa gerak di lapangan. Jadi biarin kita yang gerak, kemudian mereka tinggal titip donasi berapa pun juga,” ucap dia. 

Pada masa gelombang kedua pandemi, lanjut Wanda, ABP bersama Mitigasi IDI menggalang donasi untuk menyediakan alat pelindung diri yang sesuai standar keamanan dan vitamin bagi para nakes. 

Tak hanya itu, gerakan yang melibatkan influencer dan artis kenamaan itu juga memberi bantuan kepada petugas pemakaman Covid-19 dan membantu vaksinasi masyarakat. 

Wanda menambahkan, ada pengalaman menarik yang dia jumpai dalam penggalangan dana melalui media sosial. Menurutnya, netizen atau warganet sangat antusias berdonasi untuk mentraktir makan para nakes. 

“Tadinya kami pikir akan pakai dana kami untuk traktir nakes, tapi satu kali saya iseng posting di Instagram ‘Yuk Netizen Traktir Nakes’, ternyata sampai hari ini belum sekali pun kami keluar duit buat traktir nakes ini, karena traktiran nakes ini datang dari netizen dan jenis makanannya ada yang kelas hotel bintang lima sampai restoran dengan brand luar biasa,” ujar Wanda. 

Dalam kesempatan yang sama,  penulis Kalis Mardiasih pun membagi pengalamannya menginisiasi gerakan Kawal Masa Depan. Kalis menjelaskan, Kawal Masa Depan punya dua program utama, yaitu berdonasi untuk anak yatim, piatu atau yatim piatu akibat pandemi Covid-19 dan menjadi orangtua asuh. 

Menurut Kalis, anak-anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19 merupakan kelompok yang mengalami kerentanan masa depan. Sebab itu, solusi jangka panjang bagi masa depan mereka, terutama masalah pendidikan, harus jadi perhatian bersama. 

“Pada 18 Agustus kita launching button baru, yaitu Orangtua Asuh. Sudah ratusan orang yang daftar jadi calon orangtua asuh, yang ke depannya itu akan berkomitmen untuk berdonasi setiap bulan. Karena ketika kita bicara anak yatim piatu akibat Covid-19 ini, ya sama seperti yang Sis Grace bilang tadi, ini bukan urusan sebulan dua bulan. Anak yatim piatu ini kehilangan orangtua, yang artinya mereka kehilangan dukungan finansial, dukungan psikis, dan ekosistem ruang aman terdekat mereka, perlu dipikirkan jangka panjangnya itu seperti apa,” kata aktivis perempuan dan anak itu. 

Di samping mendorong donasi dan partisipasi publik secara luas, tambah Kalis, Kawal Masa Depan juga tengah mengupayakan kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan untuk membantu menjamin pendidikan anak yatim, piatu atau yatim piatu akibat pandemi Covid-19 dengan skema pemberian beasiswa. 

Kalis juga menegaskan, bantuan sekecil apa pun di masa sulit ini akan sangat berarti bagi sesama. 

“Pada prinsipnya, inisiatif sekecil apa pun, di masa sulit ini tidak ada yang tidak berguna, kayak kemarin itu ada teman-teman psikolog juga bergerak. Mereka menawarkan advokasi untuk bantuan konseling psikologis untuk anak-anak ini, karena banyak banget yang butuh,” 

Selain jadi forum bertukar pandangan dan pengalaman, live event yang dipandu Ketua DPP PSI Tsamara Amany itu juga menayangkan pembagian rice box kepada masyarakat oleh pengurus dan kader PSI di tiga daerah, yakni pengurus DPD PSI Kota Ambon, DPD PSI Kota Bogor, dan DPD PSI Kota Surakarta.(AL)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *